Soal Tewasnya Brigadir J, Publik Diminta Tahan Opini, Karena Bisa Jadi Persekusi

    Soal Tewasnya Brigadir J, Publik Diminta Tahan Opini, Karena Bisa Jadi Persekusi

    Jakarta - Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba) Vici Sofianna Putera menyoroti informasi di media sosial berisi narasi alternatif kejadian tewasnya Brigadir J yang dianggap lebih logis dibandingkan kronologi dari kepolisian.

    Vici meminta publik bisa menahan opini atau membangun narasi alternatif terhadap peristiwa tewasnya anggota Brimob itu.

    Sebab, opini atau narasi alternatif bisa menjadi alat persekusi kepada para pihak yang terlibat dalam kasus tewasnya Brigadir J.

    "Hold your opinion, ini bisa jadi persekusi. Kita jangan terjebak perangkap ilusi kebenaran, " kata dia saat dihubungi wartawan, Selasa (26/7).

    Vici beralasan narasi alternatif biasanya tidak berlandaskan ilmiah. Misalnya, saat pengacara keluarga Brigadir J yang mengungkapkan kejanggalan tentang luka di tubuh korban yang masih dugaan.

    Menurut dia, pernyataan pengacara kemudian bisa memancing spekulasi publik, lalu muncul narasi konspiratif yang membuat orang tertarik.

    "Individu tertarik pada narasi konspirasi karena kebutuhan akan pengetahuan dan kepastian dari suatu informasi, terlebih ketika peristiwa besar terjadi, individu tentu ingin tahu mengapa hal tersebut itu terjadi, " ujar Vici.

    Pria yang akrab disapa Kang Vici itu mengungkapkan narasi konspirasi dari akun-akun di media sosial dalam kasus tewasnya Brigadir J, akan menggiring opini publik.

    Menurut Vici, narasi konspirasi secara tidak langsung bisa bertransformasi menjadi sebuah aksi kolektif berupa penghakiman publik kepada keluarga Irjen Ferdy Sambo. 

    "Namanya penghakiman pasti ada judgement, di sini menurut saya letak permasalahannya, " ungkapnya.

    Menurutnya, publik harus bisa memisahkan apa yang faktual dan sensasional. Individu dalam memisahkan kedua hal tersebut dibutuhkan kemampuan berpikir jernih dan kritis.

    "Sayangnya individu sebagai manusia cenderung berpikir menggunakan cara yang heuristic atau simplistic, sehingga wajar jika narasi konspirasi yang berkembang bisa ditelan mentah-mentah dan dianggap sebuah kebenaran bagi mereka, " katanya.

    Diketahui, Brigadir J tewas dalam kasus yang disebut kepolisian sebagai peristiwa baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam nonaktif Polri Irjen Ferdy Sambo.

    Polisi menyebut Brigadir J tewas setelah tertembak beberapa peluru oleh Bharada E.

    Polisi menduga peristiwa baku tembak diawali dari aksi tak senonoh Brigadir J terhadap istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

    jakarta
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Tim DM Adakan FGD Pemberdayaan Kelompok...

    Artikel Berikutnya

    Kejari Kota Kediri Launching Satgas Pemberantasan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Perhutani Probolinggo Bahas Kesepakatan Bersama dengan Pemkab dan PDAM Probolinggo
    Kajati Jatim Mia Amiati Jelaskan Pemindahan Tersangka Suap Meirizka Widjaja dari Kejati Jatim ke Kejagung
    Kepala Perhutani Probolinggo Lakukan Inspeksi Tempat Penimbunan Kayu untuk Memastikan Kualitas dan Pengelolaan Berkelanjutan

    Ikuti Kami